Review Selamat Pagi, Malam
Sebelum gue mulai, gue akan bilang ini dulu: gue bukan ahli, jadi ini sekadar pandangan gue aja. Btw, gue nonton ini di VIU, dan kayaknya ini satu-satunya film Indonesia yang bikin gue... WOW.
Menurut gue, film ini brilian. Banyak banget bagian yang isinya still shot aja, tapi tetep keren! Film ini menceritakan 3 orang wanita di malam hari, di mana mereka punya cerita sendiri-sendiri, tapi terkait dengan satu sama lain.
Wanita pertama namanya Gia, dia baru pulang dari New York setelah 7 tahun di sana. Kali ini, dia pulang untuk selamanya. Di Jakarta, dia merasa kalau Jakarta itu bukan lagi rumah buat dia. Untuk mengatasi ketidakcocokan dengan Jakarta, dia nyoba untuk kontak 'temen' lamanya, Naomi. Gayung bersambut, mereka pun ketemu di sebuah restoran mewah. Pas ketemu di restoran, Naomi cerita kalau sepatu dia dicuri di gym. Tanpa dia tahu, kalau yang nyuri adalah Indri, wanita kedua yang diceritakan di film ini. Ia adalah salah satu pegawai gym, yang sedang mencoba cara lain supaya bisa 'naik kelas'. Caranya? Chatting dengan laki-laki tajir yang dia temukan di internet. Fotonya sih... cakep. Pas diajak ketemuan, ternyata beda banget. Terus, ada Ci Surya, yang suaminya baru aja meninggal. Ketika beliau buka dompetnya.. ternyata ada nomor selingkuhannya, Sofia. Ci Surya pun dateng ke Lone Star Hotel, di mana Sofia kerja. Ternyata, rencana Ci Surya nggak semulus itu buat konfrontasi ke Sofia. Malam itu, nasib 3 wanita tersebut dibolak-balik di Lone Star Hotel.
Sejujurnya gue paling suka bagian Gia dan Naomi, karena paling.. raw. Fragile. Paling bikin emosi keaduk-aduk. Rapuhnya Gia di Jakarta yang nggak lagi terasa seperti rumahnya bener-bener sukses dibawa sama Adinia. Ada kalimat yang ngenyek banget di film ini, ketika Naomi ngomong ke Gia,
"There's no place for us here."
WAHHH beneran langsung 'nyes' deh.
Cerita Indri dan Ci Surya juga oke, tapi apa ya... nggak terlalu membekas? Bagus, tapi nggak terlalu bikin gue 'gerak'. Meskipun begitu, gue kasih 4 jempol (ya, termasuk jempol kaki) untuk 4 aktris di film ini. Keren banget, parah. Bisa banget bikin gue yang bosenan nonton film, ketarik ke film ini dan nggak ngepause sama sekali. Gue dari dulu emang seneng sama aktingnya Adinia Wirasti, dan di film ini, gue nggak kecewa sama sekali. Somehow, cara dia masuk ke peran Gia, bikin... apa ya... bikin orang lain ikut ngerasain apa yang dirasain Gia.
Sebagai penutup, film ini gue rekomendasikan banget buat ditonton. Sebagai orang Jakarta, pahit-pahit yang ditunjukkin di film ini pas banget dosisnya. Tonton di VIU, ya! #bukanendorse
Menurut gue, film ini brilian. Banyak banget bagian yang isinya still shot aja, tapi tetep keren! Film ini menceritakan 3 orang wanita di malam hari, di mana mereka punya cerita sendiri-sendiri, tapi terkait dengan satu sama lain.
Wanita pertama namanya Gia, dia baru pulang dari New York setelah 7 tahun di sana. Kali ini, dia pulang untuk selamanya. Di Jakarta, dia merasa kalau Jakarta itu bukan lagi rumah buat dia. Untuk mengatasi ketidakcocokan dengan Jakarta, dia nyoba untuk kontak 'temen' lamanya, Naomi. Gayung bersambut, mereka pun ketemu di sebuah restoran mewah. Pas ketemu di restoran, Naomi cerita kalau sepatu dia dicuri di gym. Tanpa dia tahu, kalau yang nyuri adalah Indri, wanita kedua yang diceritakan di film ini. Ia adalah salah satu pegawai gym, yang sedang mencoba cara lain supaya bisa 'naik kelas'. Caranya? Chatting dengan laki-laki tajir yang dia temukan di internet. Fotonya sih... cakep. Pas diajak ketemuan, ternyata beda banget. Terus, ada Ci Surya, yang suaminya baru aja meninggal. Ketika beliau buka dompetnya.. ternyata ada nomor selingkuhannya, Sofia. Ci Surya pun dateng ke Lone Star Hotel, di mana Sofia kerja. Ternyata, rencana Ci Surya nggak semulus itu buat konfrontasi ke Sofia. Malam itu, nasib 3 wanita tersebut dibolak-balik di Lone Star Hotel.
Sejujurnya gue paling suka bagian Gia dan Naomi, karena paling.. raw. Fragile. Paling bikin emosi keaduk-aduk. Rapuhnya Gia di Jakarta yang nggak lagi terasa seperti rumahnya bener-bener sukses dibawa sama Adinia. Ada kalimat yang ngenyek banget di film ini, ketika Naomi ngomong ke Gia,
"There's no place for us here."
WAHHH beneran langsung 'nyes' deh.
Cerita Indri dan Ci Surya juga oke, tapi apa ya... nggak terlalu membekas? Bagus, tapi nggak terlalu bikin gue 'gerak'. Meskipun begitu, gue kasih 4 jempol (ya, termasuk jempol kaki) untuk 4 aktris di film ini. Keren banget, parah. Bisa banget bikin gue yang bosenan nonton film, ketarik ke film ini dan nggak ngepause sama sekali. Gue dari dulu emang seneng sama aktingnya Adinia Wirasti, dan di film ini, gue nggak kecewa sama sekali. Somehow, cara dia masuk ke peran Gia, bikin... apa ya... bikin orang lain ikut ngerasain apa yang dirasain Gia.
Sebagai penutup, film ini gue rekomendasikan banget buat ditonton. Sebagai orang Jakarta, pahit-pahit yang ditunjukkin di film ini pas banget dosisnya. Tonton di VIU, ya! #bukanendorse
Comments
Post a Comment